Oleh :
Setiya
Setiap
kita mengharapkan Ridho Allah SWT dan ditempatkan di surga Allah SWT. Oleh
karena itulah kita menjadi muslim, berbaiat dengan syahadat. Dengan segala
konsekuensinya. Dan kemudian kita berbaiat dengan jama’ah dakwah untuk
“memastikan” ikhtiar kita mencapai semua cita-cita mulia tersebut.
Dimulai
dengan marhalah ‘amal ishlahu-nafs, hingga ustadziyatul-‘alam adalah
guidance amal kita, agar berdaya guna dan berhasil guna. Semua ‘amal penting
pada saatnya. Dan setiap marhalah menghajatkan pelakunya masing-masing. Setiap
marhalah ‘amal juga membutuhkan kesungguhan dan pengorbanan.
Saat
kita memasuki marhalah ‘amal irsyadul mujtama’ (mihwar sya’bi),
disamping melakukan pembentukan yayasan-yayasan dan wajihah internal, setiap
kader dakwah “dipaksa” untuk terlibat dengan agenda-agenda kemasyarakatan
secara langsung. Karenanya memasuki fase ini, kader dakwah membutuhkan masa
penyesuaian. Karena sebelumnya disibukkan dengan agenda internal, tiba-tiba harus
terlibat dengan agenda-agenda eksternal. Untuk membangun kesadaran dan suasana,
sampai mucul istilah-istilah, kerja bakti adalah dakwah (juga). Ronda adalah dakwah
(juga). Menjadi pengurus masjid, pengurus organisasi massa, organisasi profesi
dll adalah dakwah (juga).
Belum
sempat marhalah dakwah ini kita perdalam, gerakan dakwah menuntut kita memasuki
fase marhalah ‘amal ishlahul-hukumah (mihwar siyasi). Sehingga
kemudian kita membentuk partai politik dan menjalankan agenda-agenda politik.
Alhamdulillah secara umum kita mengalami percepatan dan capaian dakwah yang
luar biasa. Meskipun dalam beberapa sisi kita perlu melakukan penguatan atas
lompatan-lompatan marhalah ‘amal yang cepat ini.
Hal
yang perlu kita sadari bahwa marhalah ‘amal ini bukan bersifat saling
menggantikan, tetapi bersifat saling menambah. Marhalah ‘amal sebelumnya menjadi
tumpuan/pondasi untuk menjalankan marhalah ‘amal selanjutnya. Artinya ketika
memasuki marhalah ‘amal pada mihwar siyasi, bukan berarti agenda ishlahu-nafs,
bina’ al usrah al muslimah dan irsyadul mujtama’ sudah berakhir. Justru
sebaliknya, mihwar siyasi ini membutuhkan kekokohan pribadi, keluarga dan
masyarakat yang semakin kuat dan bersifat kontinyu.
Dalam
sebuah kesempatan Syaikh Jum’ah Amin mengingatkan ikhwah di Mesir, agar tidak
meninggalkan tarbiyah, saat memasuki agenda bernegara. Kata beliau “Bagaimana
mungkin tanpa tarbiyah, saat kita hanya mengurusi diri sendiri dan keluarga,
kita membutuhkan tarbiyah, apalagi di saat kita harus mengurus Negara!?”. Demikianlah
penguatan pribadi, keluarga dan masyarakat harus terus menerus kita lakukan.
Pada
marhalah ‘amal irsyadul mujtama’, semestinya setiap kader dakwah (yang selalu
merindukan surga), membuat semacam “proyeksi diri” peran apa saja yang dapat
dimaksimalkan di masyarakat. Ada sekian banyak peran2, bidang kerja dan pos
posisi public yang harus diisi dan diwarnai dengan amal dakwah oleh para kader.
Baik peran-peran cultural maupun structural. Mulai dari pengurus takmir masjid,
modin, ketua PKK, Dasawisma, karang taruna, ketua RT/RW, hingga lurah dan
seterusnya. Dan saat kita melakukan itu semua dalam kerangka dakwah maka semua
itu dakwah (juga)!!!
Sebagian
peran tersebut bisa didapatkan dengan mudah, cukup ditunggu. Tetapi sebagian
yang lain harus dengan “direbut”, karena sesungguhnya dakwah kita juga sedang
“berebut” pengaruh dengan kepentingan2 lain. Baik kepentingan yang bersifat
pribadi bahkan agenda2 untuk memusuhi, menghalangi dan menghancurkan dakwah
Islamiah. Artinya misi irsyadul mujtama’ sebagian besar diantaranya harus
dilakukan dengan “merebut” posisi2 strategis di masyarakat.
Kesadaran
ini, semestinya membuat setiap kader jama’ah meningkatkan persiapan2 dan
perbekalannya (waa’iddulahum mastatho’tum min quwwah). Dan
senantiasa cermat membaca peluang yang ada di sekitarnya. Karena pahlawan
adalah mereka yang bisa menyatukan kemampuan dengan peluang (Ust. Anis Matta).
Sehingga tidak ada satu peluangpun yang terlewatkan!
Insya
Allah bila kesadaran ini merasuk pada diri setiap kader dakwah, maka di
saat-saat mendatang kita akan jumpai semakin banyak ketua RT/RW, ketua
karangtaruna, ketua PKK, LMK, BPD dari kalangan ikhwah yang akan menjadikan
posisi yang dimilikinya itu untuk menghadirkan kemaslahatan dakwah dan
kemanfaatan yang sebesar2nya untuk umat dan masyarakat. Jabatan2 yang akan
menghantarkan kepada keridhoan Allah SWT. Karena semua itu adalah ibadah
dan dakwah! (tanpa kata juga).
Sesungguhnya
tiada amal yang sia-sia bila dijalankan dengan sepenuh keikhlasan. Allahu
a’lam, wal ‘afwu minkum.
Setiya
(kader Baturetno-Banguntapan-Bantul)
ini mantab sekali...
BalasHapus