Senin, 25 Juni 2012

Menjadi Lurah itu Dakwah !


Oleh : Setiya


Setiap kita mengharapkan Ridho Allah SWT dan ditempatkan di surga Allah SWT. Oleh karena itulah kita menjadi muslim, berbaiat dengan syahadat. Dengan segala konsekuensinya. Dan kemudian kita berbaiat dengan jama’ah dakwah untuk “memastikan” ikhtiar kita mencapai semua cita-cita mulia tersebut.
Dimulai dengan marhalah ‘amal ishlahu-nafs, hingga ustadziyatul-‘alam adalah guidance amal kita, agar berdaya guna dan berhasil guna. Semua ‘amal penting pada saatnya. Dan setiap marhalah menghajatkan pelakunya masing-masing. Setiap marhalah ‘amal juga membutuhkan kesungguhan dan pengorbanan.
Saat kita memasuki marhalah ‘amal irsyadul mujtama’ (mihwar sya’bi), disamping melakukan pembentukan yayasan-yayasan dan wajihah internal, setiap kader dakwah “dipaksa” untuk terlibat dengan agenda-agenda kemasyarakatan secara langsung. Karenanya memasuki fase ini, kader dakwah membutuhkan masa penyesuaian. Karena sebelumnya disibukkan dengan agenda internal, tiba-tiba harus terlibat dengan agenda-agenda eksternal. Untuk membangun kesadaran dan suasana, sampai mucul istilah-istilah, kerja bakti adalah dakwah (juga). Ronda adalah dakwah (juga). Menjadi pengurus masjid, pengurus organisasi massa, organisasi profesi dll adalah dakwah (juga).

Belum sempat marhalah dakwah ini kita perdalam, gerakan dakwah menuntut kita memasuki fase marhalah ‘amal ishlahul-hukumah (mihwar siyasi). Sehingga kemudian kita membentuk partai politik dan menjalankan agenda-agenda politik. Alhamdulillah secara umum kita mengalami percepatan dan capaian dakwah yang luar biasa. Meskipun dalam beberapa sisi kita perlu melakukan penguatan atas lompatan-lompatan marhalah ‘amal yang cepat ini.
Hal yang perlu kita sadari bahwa marhalah ‘amal ini bukan bersifat saling menggantikan, tetapi bersifat saling menambah. Marhalah ‘amal sebelumnya menjadi tumpuan/pondasi untuk menjalankan marhalah ‘amal selanjutnya. Artinya ketika memasuki marhalah ‘amal pada mihwar siyasi, bukan berarti agenda ishlahu-nafs, bina’ al usrah al muslimah dan irsyadul mujtama’ sudah berakhir. Justru sebaliknya, mihwar siyasi ini membutuhkan kekokohan pribadi, keluarga dan masyarakat yang semakin kuat dan bersifat kontinyu.
Dalam sebuah kesempatan Syaikh Jum’ah Amin mengingatkan ikhwah di Mesir, agar tidak meninggalkan tarbiyah, saat memasuki agenda bernegara. Kata beliau “Bagaimana mungkin tanpa tarbiyah, saat kita hanya mengurusi diri sendiri dan keluarga, kita membutuhkan tarbiyah, apalagi di saat kita harus mengurus Negara!?”.  Demikianlah penguatan pribadi, keluarga dan masyarakat harus terus menerus kita lakukan.
Pada marhalah ‘amal irsyadul mujtama’, semestinya setiap kader dakwah (yang selalu merindukan surga), membuat semacam “proyeksi diri” peran apa saja yang dapat dimaksimalkan di masyarakat. Ada sekian banyak peran2, bidang kerja dan pos posisi public yang harus diisi dan diwarnai dengan amal dakwah oleh para kader. Baik peran-peran cultural maupun structural. Mulai dari pengurus takmir masjid, modin, ketua PKK, Dasawisma, karang taruna, ketua RT/RW, hingga lurah dan seterusnya. Dan saat kita melakukan itu semua dalam kerangka dakwah maka semua itu dakwah (juga)!!!
Sebagian peran tersebut bisa didapatkan dengan mudah, cukup ditunggu. Tetapi sebagian yang lain harus dengan “direbut”, karena sesungguhnya dakwah kita juga sedang “berebut” pengaruh dengan kepentingan2 lain. Baik kepentingan yang bersifat pribadi bahkan agenda2 untuk memusuhi, menghalangi dan menghancurkan dakwah Islamiah. Artinya misi irsyadul mujtama’ sebagian besar diantaranya harus dilakukan dengan “merebut” posisi2 strategis di masyarakat.
Kesadaran ini, semestinya membuat setiap kader jama’ah meningkatkan persiapan2 dan perbekalannya (waa’iddulahum mastatho’tum min quwwah).  Dan senantiasa cermat membaca peluang yang ada di sekitarnya. Karena pahlawan adalah mereka yang bisa menyatukan kemampuan dengan peluang (Ust. Anis Matta). Sehingga tidak ada satu peluangpun yang terlewatkan!
Insya Allah bila kesadaran ini merasuk pada diri setiap kader dakwah, maka di saat-saat mendatang kita akan jumpai semakin banyak ketua RT/RW, ketua karangtaruna, ketua PKK, LMK, BPD dari kalangan ikhwah yang akan menjadikan posisi yang dimilikinya itu untuk menghadirkan kemaslahatan dakwah dan kemanfaatan yang sebesar2nya untuk umat dan masyarakat. Jabatan2 yang akan menghantarkan kepada keridhoan Allah SWT. Karena semua itu adalah ibadah dan dakwah! (tanpa kata juga).
Sesungguhnya tiada amal yang sia-sia bila dijalankan dengan sepenuh keikhlasan. Allahu a’lam, wal ‘afwu minkum.

Setiya (kader Baturetno-Banguntapan-Bantul)

1 komentar: