Oleh :
Cahyadi Takariawan
Suatu
saat anda menolong tetangga yang sedang mengalami kesulitan. Dengan penuh
perasaan tanggung jawab anda membantunya, anda memberikan pertolongan yang
sangat diperlukannya. Pada kesempatan yang lain, tetangga tersebut memerlukan
pertolongan lagi. Bergegas anda memberikan bantuan. Berkali-kali anda
mendatangi rumahnya, dan memberikan bantuan yang sangat bermanfaat baginya.
Lagi dan lagi, tidak bisa dihitung berapa banyak anda menolongnya. Tidak bisa
diingat lagi berapa kali anda berbuat baik kepadanya.
Namun
bukannya ucapan terimakasih yang anda dapatkan. Tetangga tersebut justru
menyebarkan fitnah kemana-mana, justru menjelek-jelekkan anda di hadapan warga,
bahwa anda terlalu pelit untuk menolong. Anda dianggap tidak ikhlas membantu,
dan sangat individualis. Anda dianggap tidak memiliki kepedulian terhadap
kondisi tetangga. Ramailah gosip di antara tetangga, menyebar berita negatif
tentang anda. Akhirnya anda menjadi selebritis di lingkungan tempat tinggal,
karena banyak dibicarakan orang.
Jangan Menyesali Kebaikan
Sedih
bukan main rasa hati anda. Rasanya sudah tidak kurang anda membantu tetangga
tersebut dalam berbagai kesulitan hidupnya. Lalu mana imbalan baiknya? Mana
ucapan terima kasihnya? Mana apresiasi positifnya? Mengapa justru ia melempar
fitnah dan tuduhan kemana-mana? Saat mengalami kejadian seperti itu, apa yang
akan anda lakukan?
“Kalau
begitu, selamanya saya tidak akan membantu dia lagi. Tidak ada gunanya saya
membantu orang yang tidak mengetahui balas budi”.
“Menyesal
sekali saya membantunya selama ini. Ternyata dia orang yang tidak layak
dikasihani, justru sekarang dia memusuhi”.
Sayang
sekali jika seperti itu ungkapan anda. Sungguh, anda telah kalah di titik itu. Jika
kita bekerja dan berbuat baik dengan penuh harapan akan mendapatkan apresiasi
positif dari manusia, bisa dipastikan kita akan mengalami kekecewaan yang
teramat fatal. Karena bisa jadi, pekerjaan dan perbuatan baik tersebut tidak
mendapatkan apresiasi seperti yang kita harapkan. Bahkan ada kalanya, mereka
yang mendapatkan kebaikan dari kita, justru menjadi orang yang membenci dan
memusuhi kita. Orang yang paling banyak kita bantu, bisa jadi justru paling memusuhi
dan membenci kita.
Baiklah,
dalam kesempatan ini kita tidak perlu merinci sebab-sebabnya, mengapa apresiasi
yang kita harapkan ternyata tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Namun kita
lebih fokus kepada pertanyaan yang lebih substansial, untuk siapakah kita
berbuat kebaikan? Untuk siapakah kita bekerja? Jika mengharap balasan kebaikan
dari manusia, ingatlah manusia itu sangat lemah dan penuh keterbatasan. Tidak
mungkin akan bisa memberikan apresiasi yang memadai sesuai dengan kadar
kebaikan yang kita berikan.
Bekerjalah, dan Allah Akan Membalas Semua
Kebaikan Kita
Saya
mengingatkan diri sendiri dan anda semuanya, mari bekerja untuk Allah, Sang
Pencipta Manusia. Tuhannya manusia. Pemilik dan Penguasa alam semesta. Dialah
Tuhan, Allah Yang Maha Kuasa. Dialah Dzat Yang Maha Sempurna. Yang bisa memberikan
apresiasi secara tepat dan adil. Yang bisa memberikan balasan bahkan secara
berlipat, dan tanpa batas. Yang tidak pernah memiliki kekurangan. Yang tidak
memiliki keterbatasan. Dia Maha Membalas segala perbuatan. Sekecil apapun
kebaikan, ataupun keburukan. Dia sangat teliti dan jeli.
Sayang
sekali jika anda menyesali semua tumpukan kebaikan yang telah anda usahakan
puluhan tahun. Tetes keringat dan air mata telah anda relakan mewarnai
detik-detik perjuangan yang sangat panjang. Melelahkan, dan semua telah Allah
berikan catatan balasan berupa pahala kebaikan atas segala detail usaha serta
jerih payah anda. Keringat anda, rasa lelah anda, air mata anda,
bermalam-malamnya anda, pengorbanan anda, semua telah Allah tetapkan balasan
kebaikan. Telah Allah tuliskan pahala atas segala amal anda. Jangan anda
merusak dan menghapus pahala kebaikan itu dengan rasa penyesalan dan rasa
kesia-siaan. Jangan, karena itu potensial merusakkan nilai amal kebaikan anda.
Semua
langkah kebaikan, semua tetes keringat, semua air mata, semua titik darah yang
pernah keluar dari diri anda, telah menjadi amal kebaikan yang berlipat
pahalanya. Telah membuahkan berkah bagi
diri, keluarga dan organisasi anda. Tidak ada kebaikan yang sia-sia, semua
pasti ada hasilnya. Tidak mesti hasil itu berupa balasan langsung di dunia,
namun bisa kita nikmati nanti di surga. Tidak mesti balasan kebaikan itu datang
dari organisasi yang kita tumbuhkan, namun bisa jadi dari arah lain yang tidak
pernah kita sangka sebelumnya. Allah Maha Adil dan Bijaksana.
Berharaplah
kepada Allah saja, sebab Dia yang Maha Kaya. Berharaplah kepada Allah, sebab
Dia Yang Maha memberi balasan. Pasti anda tidak akan kecewa. Allah tidak akan
menyia-nyiakan semua jerih payah anda. Allah tidak akan melupakan semua usaha
dan perjuangan anda. Allah tidak akan melalaikan balasan bagi setiap titik
kebaikan, walau sebesar dzarrah. Tidak ada manusia yang bisa melakukan itu
semua dengan sempurna, karena manusia sangat banyak kelemahan dan keterbatasannya.
Sekarang
saatnya introspeksi, masuk ke dalam relung jiwa kita sendiri. Menata, mengaca,
mengoreksi hati. Menjawab dengan jujur, sebenarnya kita bekerja untuk siapa ?
Jika untuk manusia, bersiaplah untuk merana. Jika untuk Allah semata,
bersiaplah mendapatkan kebaikan berlipat dariNya. Di dunia, atau nanti di
surgaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar