Oleh : Prof.
Dr. Muladi, SH. Mantan Gubernur Lemhannas RI
Suatu dialog tentang masa
depan yang dilakukan oleh National
Intelligence Council (NIC), suatu lembaga studi strategis di lingkungan US Intelligence Community menggambarkan beberapa kecenderungan
menonjol, yang pada dasarnya mengandung “drivers”
bagi munculnya bahaya non-tradisional yang antara lain adalah sebagai berikut :
·
Peledakan
penduduk terutama di negara-negara berkembang akibat meningkatnya harapan hidup
karena kemajuan teknologi kesehatan dan
menurunnya angka kematian bayi serta tidak effektifnya keluarga berencana akan meningkatkan arus urbanisasi serta
mengalirnya imigran gelap lintas negara ke negara-negara maju, yang memicu
instabilitas dan ketegangan sosial dan politik;
·
Permintaan
terhadap kebutuhan air dan energi semakin meningkat, khususnya di negara-negara
industri, yang cenderung menimbulkan ketegangan politik internasional;
·
Perkembangan
IPTEK yang maju pesat di bidang-bidang IT, bioteknologi, dan nanoteknologi,
yang dapat memicu pula terjadinya perkembangan pesat terhadap senjata-senjata
pemusnah masal (WMD), termasuk kemungkinan pemanfaatannya oleh para teroris dan
penjahat transnasional terorganisasi (weapon
proliferators, narcotictrafickers) serta negara-negara yang tidak stabil (fail state, rogue states) yang dapat membahayakan keamanan dunia. Dalam hal ini ada istilah “cyber-warfare” dalam bentuk perang informasi yang bersifat offensive dengan target sistem komputer
yang potensial sangat berbahaya mulai
dari telekomunikasi, keamanan dan perbankan atau sering disebut “digital Pearl Harbor”;
·
Issue
pencemaran lingkungan dan degradasi lingkungan akan tetap menjadi fokus
negara-negara di dunia untuk mengatasinya melalui mitigasi dan adaptasi,
disertai usaha untuk mengembangkan alternative
–energy ;
·
Perkembangan
ekonomi global terjadi dan dipicu oleh arus cepat dan tidak terbatas atas
informasi, ide, nilai-nilai kultural, modal, barang dan jasa, serta manusia.
Hal ini di samping menguntungkan negara-negara maju, juga akan menimbulkan
permasalahan besar di lingkungan regional, negara-negara, kelompok
yang merasa ketinggalan (tidak mampu, tidak effektif) , dengan akibat stagnasi
ekonomi, instabilitas politik, dan keterasingan budaya. Hal ini akan
menggerakkan ekstrimisme politik, ethnik, ideologi dan agama, yang tidak jarang
disertai dengan kekerasan yang menimbulkan konflik baik di dalam negeri maupun
di luar negeri;
·
Di
dalam “national dan international
governance” peranan negara akan
tetap dominan, tetapi sulit mengawasi dan mengendalikan arus informasi,
teknologi, penyakit menular, migran, senjata, dan transaksi finansial, baik
yang sah maupun tidak sah serta lintas batas negara. Dalam hal ini peranan “non-state actors” sangat besar, baik
berupa “for-profit sector” seperti MNC; “non-profit sector or organizations”
di bidang-bidang kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial serta proyek
kemanusiaan lainnya, melalui pelayanan informasi, dan keahlian, advokasi
kebijakan serta bergerak melalui organisasi internasional; maupun dalam bentuk
“traditional communal groups”, baik
keagamaan mupun ethnik yang bergerak di
bidang HAM, lingkungan hidup, sosial dan sebagainya.
Negara-negara adikuasa,
khususnya AS akan menghadapi 3 (tiga) jenis ancaman sebagai
berikut:
(1)
“Asymmetric Threats” di mana negara-negara dan
aktor-aktor non-negara yang bermusuhan akan menghindari konflik langsung secara
militer, tetapi mengembangkan strategi, taktik, dan persenjataan modern, untuk
memperkecil kekuatan AS dan mengeksploitasi kelemahannya;(the fourth generation of war);
(2)
Penggunaan
senjata-senjata pemusnah masal (WMD) termasuk senjata nuklir (peluru
kendali) oleh Russia, China, Korut,
Iran, yang dapat menyerang AS dan secara potensial terjadi penyebarluasan
secara inkonvensional WMD (nuklir, biologi, kimia) baik oleh negara-negara atau aktor non-negara;
(3)
Ancaman
militer regional dimana beberapa negara
memelihara kekuatan militer besar dengan menggabungkan konsep-konsep dan
teknologi Perang Dingin dan Pasca Perang Dingin;
AS akan tetap merupakan pemegang
hegemoni kekuatan utama dalam masyarakat dunia baik di bidang ekonomi,
teknologi, militer dan diplomasi, sehingga akan mendapat menfaat besar dari
proses globalisasi yang sangat intensif. (NIC, 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar